Emas Dan Terpuruknya Rupiah - Part 3




Sejak pandemi Covid 2020, Pemerintah sudah mencetak banyak sekali uang rupiah (Masukkan nilainya). Hal ini terjadi karena masyarakat menahan uangnya, berusaha berhemat disituasi kondisi ekonomi yang sulit. Suatu hal yang tentunya umum dilakukan ketika ekonomi sulit, masyarakat tentunya hanya akan membeli kebutuhan yang bersifat pokok saja.

 

Dalam kondisi seperti ini, alih-alih mengatasi faktor utama yang memperlambat ekonomi, pemerintah nampaknya memilih untuk terus-terusan cetak duit dan berutang.

 

Tidak heran beberapa hari lalu, Indonesia mendapat peringkat negara ke 7 penghutang terbesar di Asia, dan peringkat 1 negara penghutang terbesar di Asia tenggara. Sebuah prestasi yang bikin geleng-geleng kepala.

 

Sebelumnya kita sudah bahas tentang Emas dan perak sebagai salah satu intrumen yang solid nilainya sejak ribuan tahun lalu, dan kita sudah membahas bahwa sejak uang kertas tidak lagi dijamin oleh emas dan perak pada tahun 1971, maka uang kertas adalah UTANG yang nilainya bisa anjlok kapan saja.

 

Saya masih ingat tahun 2019 lalu, saya beli emas dengan harga 690.000 per 1 gram di Gerai pegadaian. Bulan oktober 2020 ini, 1 gram emas yang sama, bernilai lebih dari 1 juta rupiah. Dalam 1 tahun saja, nilai emas terhadap rupiah sudah "meningkat" 30%.

 

Bagi saya, Emas adalah instrumen mempertahankan nilai dari mata uang. Bukan Investasi. Bagi Anda yang ingin menganggap Emas sebagai "Investasi" ya silahkan saja. Sah-sah aja, dan banyak juga yang beranggapan demikian, karena dunia Internasional pun memperlakukan Emas dan perak sebagai "Komoditas", Sehingga bisa di "trading", dan ada juga "Bandar" yang mengatur harganya.

 

Namun mari kita kritisi sedikit. Bagi saya, Emas adalah Emas. Emas bukan instrumen Investasi. Investasi itu bagi saya adalah sesuatu yang "tumbuh dan berkembang"

 

Emas dan perak yang Saya punya tidak pernah "tumbuh dan berkembang". 100 gram emas yang saya miliki sekarang, 10 tahun kemudian, 20 tahun kemudian, 30 tahun kemudian,

100 gram emas akan tetap 100 gram emas. Tidak tumbuh. tidak berkembang.

 

Tapi yang menarik adalah, Emas dan perak selalu bisa menjaga kestabilan nilainya sendiri. 1400 tahun lalu, 2,5 gram emas bisa beli 1 kambing. Sekarang, 2.5 gram emas bisa beli kambang. Dan saya pun percaya 1000 tahun kedepan, 2.5 gram emas akan tetap bisa beli kambing.

 

Berbeda dengan uang kertas. Rp 2.5 juta sekarang kita bisa beli kambing. 50 tahun lagi, jika pemerintah terus-terusan cetak uang dan berutang, apakah 2,5 juta bisa beli kambing? Saya yakin tidak. mungkin 2.5 juta hanya bisa untuk beli 1 ekor ayam.

 

Ya, ini adalah yang disebut Inflasi. Berkurangnya nilai mata uang akibat bertambahnya jumlah uang beredar di masyarakat secara massif dan terus menerus.

 

Inflasi adalah sistem paling cerdas untuk "Mencuri" dari penduduk masyarakat suatu negara, RP 2.5juta yang saat ini bisa saya pakai untuk beli kambing, 50 tahun lagi hanya bisa beli ayam. Sederhana saja, Kemana kambing saya? Dicuri oleh sistem bernama "Inflasi"

 

2020 ini, semakin menyadarkan kita, bahwa sistem keuangan seluruh dunia semakin menunjukkan kebobrokkannya. Harga emas yang semakin melambung tinggi, harusnya semakin menyadarkan kita, bahwa uang kerta kita "tidak baik-baik saja" 

Semakin melambung harga emas di suatu negara, semakin buruk ekonomi negara tersebut, dan semakin menegaskan betapa lemahnya mata uang negara tersebut.

 

Jadi, yuk mulai koleksi emas dan perak.

sekarang!


Iklan ada di sini

Komentar

Archive

Formulir Kontak

Kirim